By. Miranda Utami
Kubuka jendela rumah usang namun nyaman ini. Ibuku pulang kerumah hari kemarin bersama ayahku yang mengantarkanku menuju tempat baru yang akan menjadi rumah baruku ini. Mereka berharap aku akan betah berada disini. Aku tau mereka mengira aku akan tinggal disini lama sekali. Aku berharap jua sama seperti mereka. Namun kusadari perkataan mereka kemarin menamparku dalam realita, “Dan kau harus menjadi yang sempurna”. Aku bingung begitu mendengarnya. Secepat itukah?
Aku
menghela napas. Tak apa! Ini akan menjadi pengalaman baru dalam hidupku. Aku
membutuhkan ini. Aku yakin hal-hal yang baik akan datang padaku. Tanpa kusadari
alarm telah berdentang dan tiba saatnya aku pergi menghadapi hari ini. Dengan
perasaan biasa saja aku melangkahkan kakiku. Tidak terpaksa, tidak jua takut.
Aku sangat yakin aku bisa menjadi yang sempurna.
Pun
ketika aku menghadapi hari. Aku takjub berada disini. Aku menobatkan diriku
sebagai pengembara dan disinilah kiranya begitu banyak aku menemukan hal baru.
Sebaik mungkin kujadikan diriku sempurna. Tapi aku tau kesempurnaan itu sulit.
Oh tidak, tiada yang sempurna. Sebenarnya mereka hanya pintar menyembunyikan
lemah dan kuyakin aku bisa menjadi seperti mereka. Ah, senang rasanya.
Saat
malam tiba, aku sendirian namun aku senang. Aku mulai merindukan ibuku lalu ku
telpon ibuku dan selalu ibuku menjawab. Aku yakin ibu disana berharap cemas
sambil memegang ponselnya menunggu kabarku. Senang rasanya mendengar omelannya
lalu kuceritakan apa yang aku alami hari ini seperti biasa.
Larut
mulai mencekam ditempat baru. Semua terlihat biasa, terasa biasa dan memang
hariku biasa saja. Namun aku cukup senang. Semua masih terlihat indah awalnya.